Website berisi artikel dan kumpulan tulisan ttg manajemen operasional dalam bahasa Indonesia

Wednesday, June 08, 2005

Down time vs Capacity

Down time vs Capacity
http://meidii.multiply.com dan http://bacadisini.blogspot.com

Tulisan singkat ini dikembangkan dari ’internal training material’ yg disusun oleh penulis sendiri dan digunakan di perusahaan tempat penulis bekerja, untuk menjelaskan definisi kapasitas beserta hal yg mempengaruhinya.

Klasifikasi waktu
Productive time
= waktu yg dihabiskan oleh mesin untuk menghasilkan output yg sesuai standar, termasuk di dalamnya produk trial
Non-productive time = waktu yg digunakan oleh mesin dalam kondisi tidak berproduksi atau menghasilkan produk yg sub-standard
Down time factor = penyebab terjadinya Non-Productive Time

Berdasarkan definisi di atas, maka aktivitas ‘trial production’ (untuk membedakannya dgn regular/normal production) menjadi bagian dari productive time, walaupun pada kenyataan di lapangan, pd saat trial, sering terjadi mesin harus mengalami perubahan setting yg berulang atau naik turun mold utk adjustment.

Trial = Productive
Kinerja plant diukur dari produktivitas & kapasitas yg digunakan
Jika trial = downtime, maka trial = non-produktif
Jika trial <> produktif maka plant tidak mau trial
Jika tidak ada trial -> tidak ada pengembangan produk dan inovasi

Sebaliknya, jika output yg dihasilkan adalah produk yg tidak memenuhi standar produksi, maka selayaknya waktu yg digunakan dianggap sebagai non-productive time

Sub-Standard = Non-Productive
Waktu yg habis saat memproduksi produk sub-standard tidak bisa kembali -> rugi waktu
Waktu utk produk sub-standard = Kapasitas sudah terpakai -> Non-Productive
Total produk standard + total produk sub-standard = total produk yg seharusnya bisa dihasilkan berdasarkan kapasitas yg sudah terpakai

Penyebab non-productive time adalah down time factor, yg bisa digolongkan menjadi:

  1. Setup
  2. Preventive Maintenance
  3. Internal Production Problem
  4. External Production Problem
  5. Others


A. Setup adalah down time yg terjadi karena adanya proses set up

  • Dimulai dari pemasangan mold atau menyalakan mesin, hingga mulai didapat produk dgn kualitas yg standard
  • Downtime setup hanya diperhitungkan utk produksi yg regular (tidak utk trial running/trial production)
  • Tipe downtime ini tidak dapat dihilangkan tapi bisa diminimalkan
  • Metoda meminimalkan down time setup dikenal dgn nama Single Minute Exchange of Die (SMED)


B. Preventive Maintenance adalah downtime yg terjadi karena ada proses pemeliharaan mesin yg menyebabkan mesin harus berhenti

  • Tanpa preventive maintenance akan menyebabkan downtime machine breakdown & produk sub-standard
  • Preventive maintenance ini tidak dapat dihindari dan biasanya meningkat seiring dgn bertambahnya umur mesin
  • Salah satu pendekatan yg digunakan utk memaksimalkan umur mesin dan waktu produktif mesin adalah Total Productive Maintenance (TPM)

C. Internal Production Problem adalah downtime yg terjadi karena ada masalah yg terjadi di area produksi

  • Yang masuk diantaranya adalah Machine Mechanical Part Problem, Machine Electronic Part Problem, Mold Problem, Utilities/auxiliaries Problem, Process Problem, Quality Problem, dan People Problem
  • TPM bisa dilakukan utk meminimalkan machine part problem, termasuk untuk utilities (misalnya kompressor & chiller) serta mold
  • Untuk meminimalkan process problem dan quality problem (yg kadang sulit untuk memisahkan kedua jenis problem ini) serta people problem, maka keberadaan standard operating procedures, training, feedback dan kontrol menjadi faktor penentu

D. External Production Problem adalah downtime yg terjadi karena ada masalah yg berasal dari luar lingkup produksi

  • Electricity Cut-out/Instability
  • Raw Material Shortage
  • No Order


E. Others adalah downtime yg terjadi karena masalah yg lain dari yg tertera di atas

  • Stock Count
  • Holiday
  • Machine moving


Baseline Capacity Measures

Maximum Capacity = ‘theoritical’ capacity, yaitu kapasitas yg bisa dicapai mesin selama 24 jam sehari selama 365 hari, tanpa adanya downtime

Optimum Capacity = kapasitas optimal mesin dgn mempertimbangkan downtime utk preventive maintenance dan jumlah setup maksimum per periode waktu tertentu

Normal Capacity = kapasitas yg bisa tercapai dalam kondisi normal, dgn menggunakan cycle time dan cavity (rate output) yg pernah tercapai per periode waktu tertentu

Actual Capacity = kapasitas yg sesungguhnya dicapai oleh operasional berdasarkan cycle time dan downtime per periode waktu tertentu

Targeted Capacity = kapasitas yg dibuat oleh top manajemen yg digunakan dalam perhitungan business plan dan menjadi target bagi tim produksi per periode waktu tertentu


Capacity Block Diagram (http://meidii.multiply.com/photos/photo/2/9.JPG)


Capacity – Output or Input?

  • Kapasitas bisa diukur berdasarkan output ataupun input
  • Kapasitas mesin bisa diukur berdasarkan rate output-nya per jam -> 1000 pcs/jam
  • Kapasitas plant bisa diukur berdasarkan rate kemampuannya utk sejumlah input, misal utk plant dgn 3 mesin beroperasi 24 jam selama 25 hari per bulan, maka rate kapasitas input-nya -> 1800 machine hour per bulan

Using Output Rate

  • Berdasarkan sales planning, akan diproduksi item A sebanyak 2.000.000 pcs per bulan
  • Rate output mesin utk menghasilkan item A adalah 1000 pcs/jam
  • Jika mesin hanya digunakan 22 jam selama 25 hari per bulan, maka jumlah mesin yg dibutuhkan utk memproduksi item A adalah 3,6 mesin


Using Input Rate
Berdasarkan sales planning, dibutuhkan item sbb:
No Uraian Kebutuhan Cycle Time Cavity
1 Item A 1.000.000 20 detik 4
2 Item B 500.000 20 detik 2
3 Item C 500.000 30 detik 4
4 Item D 250.000 30 detik 2

Jika mesin hanya bisa digunakan 22 jam per hari selama 30 hari per bulan, maka
No Uraian Kebutuhan Waktu

1 Item A 1.000.000 1389 jam

2 Item B 500.000 1389 jam

3 Item C 500.000 1042 jam

4 Item D 250.000 1042 jam

Total waktu yg dibutuhkan = 4861 jam, kapasitas input = 22 jam/hari x 30 hari = 660 jam

Jumlah mesin yg dibutuhkan = 4861/660 = 7,4 mesin

Cost of Capacity - Introduction

  • Rate kapasitas manapun yg kita pilih tetap menyebabkan biaya yg harus ditanggung utk menjaga agar kapasitas berada di level yg diinginkan
  • Biaya ini yg disebut dgn cost of capacity

Cost of Capacity

  • Depresiasi mesin & utilities
  • Biaya maintenance mesin, utilities & mold
  • Biaya repair mesin, utilities & mold
  • Biaya tenaga kerja & training


Cost of Targeted Output Rate

  • Jika yg menjadi target adalah rate output maka cost of capacity-nya adalah
  • Biaya pembuatan mold dgn tipe & cavity tertentu -> cycle time & cavity
  • Biaya utk memastikan agar bahan baku yg digunakan sesuai dgn standar -> cycle time
  • Biaya utk memastikan agar utilities tersedia dgn baik -> cycle time

Cost of Targeted Input Rate

  • Jika yg menjadi target adalah rate input maka cost of capacity-nya adalah
  • Instalasi dan depresiasi mesin & mold -> machine
  • Biaya repair & maintenance mesin, mold & utilities -> time availability
  • Biaya penyediaan tenaga kerja -> time availability
  • Biaya penyiapan controllable contingency plan (thd listrik mati/tidak stabil dan demo karyawan) -> time availability

Capacity and Service Level

  • Kapasitas yg disediakan mempengaruhi Service Level perusahaan ke customer
  • Kapasitas produksi adalah salah satu indikator kinerja Plant -> Internal Service Level yg mempengaruhi Eksternal Service Level juga pd akhirnya
  • Sama seperti Service Level, semakin tinggi target kapasitas, semakin besar biaya yg harus disediakan utk mencapai target tsb

Summary

  • Kinerja plant diukur dari produktivitas & kapasitas yg disediakan
  • Kapasitas yg disediakan mempengaruhi Service Level perusahaan ke customer
  • Ada biaya yg harus ditanggung utk menjaga agar kapasitas berada di level yg diinginkan (cost of capacity)
  • Sama seperti Service Level, semakin tinggi target kapasitas, semakin besar biaya yg harus disediakan utk mencapai target tsb